You are currently viewing Puasa Hari Asyura dan Tasyua

Puasa Hari Asyura dan Tasyua

Puasa Hari Asyura dan Tasyua

Menghapuskan Dosa Setahun

Puasa hari Asyura (tanggal 10 Muharram) punya keutamaan yang besar, yaitu bisa menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa hari Arafah aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Dan puasa hari Asyura aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)

Nabi Muhammad SAW dan Puasa Asyura

Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan puasa di hari Asyura karena keutamaannya yang besar. Ibnu Abbas RA berkata:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ

Artinya: “Aku tidak pernah melihat Nabi SAW sangat memperhatikan puasa pada hari tertentu dan mengutamakannya daripada hari-hari lainnya, kecuali hari ini, hari Asyura.” (HR. Bukhari)

Mengapa Nabi SAW Berpuasa di Hari Asyura?

Puasa Asyura juga dikenal di masa jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Aisyah RA berkata:

إِنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَهُ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang di masa jahiliyah juga berpuasa pada hari tersebut.” (HR. Bukhari)

Saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya, “Kenapa kalian berpuasa pada hari ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi Muhammad SAW kemudian berkata:

فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ

Artinya: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka beliau pun berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkan untuk berpuasa. (HR. Bukhari)

Dosa yang Dihapus oleh Puasa Asyura

Keutamaan puasa Asyura ini menghapuskan dosa-dosa kecil. Imam Nawawi berkata:

يُكَفِّرُ كُلَّ الذُّنُوبِ الصَّغَائِرِ

Artinya: “Puasa ini menghapuskan semua dosa kecil.” (Al-Majmu’)

Puasa Tasu’a

Selain puasa Asyura, ada juga puasa Tasu’a yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Puasa ini disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk membedakan puasa umat Islam dari puasa orang Yahudi. Dalam sebuah hadis, Ibnu Abbas RA berkata:

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

Artinya: “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa, mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Maka Rasulullah SAW berkata, ‘Kalau begitu, jika aku masih hidup sampai tahun depan, insya Allah, kita akan berpuasa pada hari yang kesembilan.'” (HR. Muslim)

Hikmah dari Puasa Tasu’a

Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa kita dianjurkan untuk berpuasa pada hari Tasu’a (9 Muharram) bersamaan dengan puasa Asyura (10 Muharram)?

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama dari kalangan mazhab Syafi’i dan yang lainnya telah menyebutkan beberapa alasan mengapa puasa Tasu’a dianjurkan:

  1. Berbeda dari Yahudi: Salah satu hikmah puasa Tasu’a adalah untuk membedakan kita dari kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada hari Asyura. Ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu.
  2. Menghubungkan dengan Puasa Asyura: Puasa Tasu’a juga dianjurkan sebagai bentuk menghubungkan puasa Asyura dengan puasa lainnya, seperti halnya anjuran untuk tidak berpuasa pada hari Jumat saja tanpa hari lainnya.
  3. Kehati-hatian dalam Penentuan Hari: Selain itu, puasa Tasu’a dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian dalam penentuan hari Asyura, mengingat kemungkinan kekeliruan dalam penetapan hilal sehingga hari yang dianggap sebagai hari kesembilan sebenarnya adalah hari kesepuluh.

Ibnu Hajar rahimahullah dalam komentarnya terhadap hadits ini menyebutkan bahwa niat Nabi untuk berpuasa pada hari kesembilan menunjukkan kemungkinan untuk menambahkannya ke puasa hari kesepuluh, baik sebagai bentuk kehati-hatian atau untuk berbeda dari kaum Yahudi dan Nasrani, yang mana ini adalah alasan yang lebih kuat. (Fathul Bari 4/245).

Kesimpulan

Puasa hari Asyura adalah sunnah yang sangat dianjurkan karena keutamaannya yang besar dalam menghapus dosa setahun yang lalu. Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikannya dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa pada hari tersebut. Selain itu, disunnahkan juga untuk berpuasa pada hari Tasu’a (tanggal 9 Muharram) untuk membedakan dengan puasa orang Yahudi.

Dengan demikian, mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan pahala dan pengampunan dari Allah SWT dengan melaksanakan puasa Asyura dan Tasu’a.

Tinggalkan Balasan