You are currently viewing Maulid Nabi: Momentum Cinta, Jangan Tercampur dengan Kemaksiatan

Maulid Nabi: Momentum Cinta, Jangan Tercampur dengan Kemaksiatan

Maulid Nabi: Momentum Cinta, Jangan Tercampur dengan Kemaksiatan

Maulid Nabi Muhammad ﷺ adalah momen spesial bagi umat Islam untuk mengingat dan mengekspresikan cinta kepada Rasulullah. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, banyak perayaan di berbagai belahan dunia yang diadakan dengan niat baik. Namun, ada hal yang perlu diwaspadai: ada yang disepakati ulama keharamannya yaitu jika perayaan ini bercampur dengan hal-hal yang melanggar syariat, seperti kemaksiatan. Sehingga penting bagi kita untuk tetap menjaga momen ini agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang diharamkan.

Jaga Kesucian Maulid dari Kemungkaran

KH. Hasyim Asy’ari, ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama, memberikan nasihat penting terkait perayaan Maulid. Beliau menegaskan bahwa jika perayaan tersebut memicu kemungkaran seperti musik yang tidak pantas, ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan), atau hal-hal lain yang dilarang dalam Islam, maka lebih baik tidak diadakan. Sebagaimana beliau katakan dalam At-Tanbihat al-Wajibat (التنبيهات الواجبات لمن يصنع المولد بالمنكرات):

فَاعْلَمْ أَنَّ عَمَلَ الْمَوْلِدِ اِذَا أَدَّى اِلىَ مَعْصِيَةٍ رَاجِحَةٍ مِثْلَ الْمُنْكَرَاتِ وَجَبَ تَرْكُهُ وَحَرُمَ فِعْلُهُ

“Ketahuilah! Sungguh setiap perayaan Maulid jika menjadi penyebab terjadinya maksiat yang nyata, seperti kemungkaran, maka wajib untuk meninggalkannya dan haram mengadakannya.”

Nasihat ini mengingatkan kita bahwa perayaan Maulid seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah. Jika justru melanggar ajaran Islam, apa artinya perayaan tersebut? Apakah kita benar-benar sedang mengungkapkan cinta kepada Rasulullah, ataukah malah menjauh dari beliau?

Risiko Su’ul Khatimah

Lebih jauh lagi, KH Hasyim Asy’ari memperingatkan bahwa orang yang meremehkan nilai-nilai kesucian dalam perayaan Maulid bisa terjerumus dalam dosa besar dan bahkan dikhawatirkan mati dalam keadaan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk). Beliau menyebutkan:

عمل المولد مع فعل المنكرات سوء أدب ونوع استهانة وإيذاء برسول الله، وأن الذين يعملونه وقعوا في ذنب عظيم قريب من الكفر ويخشى عليهم من سوء الخاتمة ولا ينجيهم منه إلا بالتوبة أو عفو الله تعالى. فلو قصدوا بذلك الاستخفاف والاستهزاء برسول الله فلا شك في كفرهم

“Perayaan maulid nabi beserta kemungkaran di dalamnya merupakan bentuk tidak beradab, meremehkan dan menyakiti Rasulullah. Sungguh orang-orang yang mengadakannya akan terjerumus pada dosa besar dan dekat dengan kekafiran, serta dikhawatirkan mati dalam keadaan su’ul khatimah, dan tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka dari (dosa tersebut) selain tobat atau ampunan dari Allah. Jika mengadakan acara tersebut bertujuan untuk menganggap remeh dan merendahkan Rasulullah, maka tidak perlu diragukan dalam kekafirannya.”

Ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa niat baik saja tidak cukup. Cara kita merayakan juga harus sesuai dengan ajaran Islam. Jika perayaan Maulid menjadi ajang maksiat, maka bukan cinta yang kita tunjukkan, melainkan pelanggaran terhadap ajaran Rasulullah.

Jika justru melanggar ajaran Islam, apa artinya perayaan tersebut? Apakah kita benar-benar sedang mengungkapkan cinta kepada Rasulullah, ataukah malah menjauh dari beliau?

Hindari Perpecahan, Hargai Perbedaan

Di sisi lain, ada juga di antara kita yang mungkin tidak merayakan Maulid, hendaknya dia mengingat bahwa Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah meski beliau termasuk ulama yang tidak merayakan maulid tapi beliau menegaskan bahwa orang yang merayakan Maulid dengan niat baik bisa mendapatkan pahala yang besar. Dalam Iqtidho Shiroth Mustaqim, beliau berkata:

فتعظيم المولد، واتخاذه موسما ، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله ﷺ، كما قدمته لك أنه يحسن من بعض الناس، ما يستقبح من المؤمن المسدد

“Mengagungkan Maulid dan menjadikannya acara tahunan, hal ini terkadang dilakukan oleh sebagian orang. Mereka pun bisa mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara tahunan, hal ini terkadang dilakukan oleh sebagian orang. Mereka pun bisa mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang aku telah jelaskan sebelumnya bahwa ada hal yang menjadi baik untuk dilakukan sebagian orang, meski terlihat kurang baik oleh mukmin yang mendapatkan petunjuk.”  (Iqtidho’ ash-Shirath al-Mustaqim, 2/126)

Perbedaan pendapat dalam hal ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling mencela. Justru, Maulid bisa menjadi momentum untuk mempererat tali ukhuwah, saling mengingatkan, dan menjaga persatuan di antara umat Islam.

Maulid Bukan Sekadar Seremoni

Pada akhirnya, kita perlu memahami bahwa Maulid bukan hanya soal seremonial. Lebih dari itu, ini adalah momen spiritual untuk mengingat keteladanan Nabi Muhammad ﷺ, menumbuhkan kecintaan kepada beliau, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Jika kita benar-benar ingin menghormati Nabi, perayaan ini harus dijaga dari hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Bagi yang merayakan, mari perbaiki niat dan hindari kemungkaran dalam perayaan. Jangan biarkan momen yang seharusnya suci ini tercemar oleh hal-hal yang tidak pantas. Dan bagi yang tidak merayakan, mari kita tetap saling menghormati dan mendoakan kebaikan satu sama lain.

Penutup: Perbaiki Niat dan Hindari Kemungkaran

Yang terpenting dalam setiap amalan adalah niat kita. Jika kita ingin perayaan Maulid membawa keberkahan, mari kita pastikan bahwa acara tersebut sesuai dengan ajaran Rasulullah. Jangan sampai niat baik kita malah berujung pada maksiat. Semoga kita semua diberi kemampuan untuk menjaga niat dan perilaku kita, serta menjadikan Maulid Nabi sebagai momen yang benar-benar mendekatkan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Amin.

Tinggalkan Balasan