Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Surat Ali ‘Imran: 200)
Kata (Ribath) dari kalimat وَرَابِطُوا ditafsirkan sebagai: sebutan untuk kuda yang digunakan untuk ribath (menjaga perbatasan) di jalan Allah. Sifat ini pada hakikatnya adalah sebab utama kenapa kuda sangat diagungkan dan diangkat martabatnya, yaitu karena pentingnya peran mereka saat digunakan di jalan Allah.
Di sini, kita mengetahui perbedaan yang sangat jelas antara kuda-kuda Allah dan kuda-kuda setan.
“Kuda itu ada tiga macam: kuda sebagai pahala, kuda sebagai pelindung, dan kuda sebagai dosa.”
Insya Allah, hadits-hadits ini akan kami jelaskan lebih rinci di tempat yang lain. Secara ringkas, seekor kuda akan dicintai dan menjadi pahala jika disiapkan untuk berperang di jalan Allah.
Adapun jika hanya digunakan sebagai koleksi dan pameran, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Gembong kekufuran akan datang dari arah timur, dan rasa sombong dan suka membangga-banggakan diri melekat pada penggembala kuda dan unta, serta pada orang yang berteriak-teriak saat menggembalakan unta, sedangkan sifat tenang akan melekat pada para penggembala kambing.”
Kuda akan tetap menjadi kuda, tetapi hati manusia yang merawatnya akan berubah-ubah. Niat seseorang dalam merawat kuda sangat penting karena amalan hati sangat berkaitan dengan masalah akidah dan pokok-pokok agama. Niat seseorang dalam merawat kuda berbeda-beda, dan itu yang akan menentukan seberapa besar pahala yang akan dia dapatkan. Bahkan, perbedaan itu bisa mencapai selisih antara langit dan bumi.
Ya Allah, benahilah niat-niat kami, hati-hati kami, serta amalan-amalan kami.
Penerjemah: Ustadz Abdullah Ghifar (Mahasantri Ma’had Al Jawi Al Ilmi)
Pingback: Kitab Al-Arba'un Fi Taushif Khailir Rahman - PP Al Jawi Al Ilmi