Renungan di Bulan Maulid: Kerinduan pada Sang Nabi
Sekarang kita berada di bulan Rabiul Awal, bulan yang penuh berkah, bulan yang mengingatkan kita akan kelahiran manusia agung, Nabi Muhammad SAW. Pada bulan ini, hati kita seharusnya dipenuhi dengan rasa cinta dan rindu yang mendalam kepada beliau, yang hadir membawa cahaya petunjuk dan kasih sayang yang tak terhingga. Di tengah berbagai perbedaan pandangan tentang peringatan Maulid Nabi, ada satu hal yang pasti: setiap Muslim harus mencintai Nabi Muhammad SAW, mengenal kisah hidup dan perjuangan dakwahnya, dan memahami betapa besar pengorbanan beliau untuk kita.
Namun, sungguh memalukan jika kita mengaku sebagai umatnya tetapi tidak tahu tentang beliau. Kita tidak mengetahui betapa beliau sangat mencintai kita, jauh sebelum kita lahir ke dunia. Beliau menyebut kita sebagai saudara-saudaranya, sebagaimana diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Aku sangat rindu ingin sekali berjumpa dengan saudara-saudaraku.” Para sahabat bertanya, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Beliau menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku, walaupun mereka belum pernah berjumpa denganku.” (HR. Ahmad). Kita adalah saudara yang dirindukan beliau, walaupun kita belum pernah bertemu dengannya. Pernahkah kita merasa rindu yang sama kepada beliau?
Renungan di Bulan Maulid: Kerinduan pada Sang Nabi
Sekarang kita berada di bulan Rabiul Awal, bulan yang penuh berkah, bulan yang mengingatkan kita akan kelahiran manusia agung, Nabi Muhammad SAW. Pada bulan ini, hati kita seharusnya dipenuhi dengan rasa cinta dan rindu yang mendalam kepada beliau, yang hadir membawa cahaya petunjuk dan kasih sayang yang tak terhingga. Di tengah berbagai perbedaan pandangan tentang peringatan Maulid Nabi, ada satu hal yang pasti: setiap Muslim harus mencintai Nabi Muhammad SAW, mengenal kisah hidup dan perjuangan dakwahnya, dan memahami betapa besar pengorbanan beliau untuk kita.
Namun, sungguh memalukan jika kita mengaku sebagai umatnya tetapi tidak tahu tentang beliau. Kita tidak mengetahui betapa beliau sangat mencintai kita, jauh sebelum kita lahir ke dunia. Beliau menyebut kita sebagai saudara-saudaranya, sebagaimana diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Aku sangat rindu ingin sekali berjumpa dengan saudara-saudaraku.” Para sahabat bertanya, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Beliau menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku. Saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku, walaupun mereka belum pernah berjumpa denganku.” (HR. Ahmad). Kita adalah saudara yang dirindukan beliau, walaupun kita belum pernah bertemu dengannya. Pernahkah kita merasa rindu yang sama kepada beliau?
Betapa Besar Cinta Rasulullah SAW kepada Kita
Allah menggambarkan betapa agungnya cinta dan kasih sayang Rasulullah kepada umatnya dalam firman-Nya:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128).
Ayat ini menegaskan betapa Rasulullah SAW sangat mencintai umatnya. Beliau merasakan penderitaan kita, beliau selalu menginginkan kebaikan untuk kita, bahkan lebih dari diri kita sendiri. Begitu besar kasih sayang beliau sehingga Allah sendiri menyebutkan bahwa beliau amat belas kasih dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
Doa dan Tangisan Rasulullah untuk Umatnya
Rasulullah SAW tidak hanya mencintai kita dengan lisan, tetapi dengan seluruh kehidupannya. Imam Nawawi dalam Shahih Muslim membuat bab yang berjudul “Doa Nabi untuk Umatnya dan Tangisannya karena Belas Kasihan kepada Mereka.” Dalam bab ini disebutkan hadits dari Abdullah bin Amr bin Ash RA bahwa suatu hari Nabi SAW membaca firman Allah mengenai Nabi Ibrahim AS yang berdoa agar umatnya diampuni, dan juga firman Allah mengenai Nabi Isa AS yang memohon ampunan bagi umatnya. Lalu, Rasulullah SAW mengangkat tangannya dan berkata, “Ya Allah! Umatku, umatku!” Beliau menangis tersedu-sedu memohon ampunan bagi kita. Maka Allah pun berfirman kepada Jibril AS, “Pergilah kepada Muhammad dan tanyakan apa yang membuatnya menangis?” Lalu Jibril AS datang kepada Rasulullah dan menanyakan hal tersebut, kemudian beliau menjawab, “Umatku, wahai Jibril, umatku.” Maka Allah berfirman, “Wahai Jibril! Pergilah kepada Muhammad dan katakan: Sesungguhnya Kami akan membuatmu ridha mengenai umatmu dan Kami tidak akan membuatmu bersedih.” (HR. Muslim).
Bayangkan, betapa besar cinta Rasulullah kepada kita, umatnya. Beliau menangis memohon rahmat dan ampunan untuk kita. Apakah kita pernah menangis karena merindukan beliau? Apakah kita pernah memohon kepada Allah agar bisa bertemu dengan beliau di hari akhir nanti?
Pengorbanan yang Tak Ternilai
Rasulullah SAW tidak hanya berdoa dalam shalat malamnya, memohonkan ampunan untuk umatnya, tetapi juga menyimpan doa mustajabnya, doa yang paling agung, untuk syafaat terbesar bagi umatnya pada hari kiamat. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda: “Setiap nabi memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi menyegerakan doanya, sedangkan aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat. Syafaat itu akan tercapai, insya Allah, bagi siapa saja dari umatku yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.” (HR. Bukhari).
Di saat para nabi lain sudah menggunakan doa mustajab mereka, Rasulullah memilih untuk menahan doanya sebagai syafaat bagi kita. Tidakkah kita merasa malu jika cinta dan rindu kita kepada beliau begitu kecil, sementara beliau telah memberikan segalanya untuk kita?
Refleksi di Bulan Maulid
Bulan Maulid ini, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri: Seberapa dalam cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW? Apakah kita hanya sekadar merayakan kelahirannya tanpa benar-benar memahami dan meneladani ajarannya? Bukankah beliau adalah suri teladan yang sempurna bagi kita? Apakah kita sudah menjalani hidup ini sesuai dengan sunnah beliau?
Mari kita jadikan bulan ini sebagai momentum untuk memperbaharui kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Cinta itu bukan sekadar ucapan atau perayaan seremonial, tetapi cinta yang dibuktikan dengan ketaatan, dengan meneladani akhlak mulia beliau, dengan hidup sebagaimana beliau hidup, dengan menjadikan beliau sebagai figur yang selalu ada di hati kita setiap saat.
Biarkan air mata kita mengalir karena rindu yang dalam kepada Rasulullah SAW. Biarkan hati kita dipenuhi dengan keinginan kuat untuk mengikuti jejak beliau. Mari kita jadikan beliau sebagai cahaya yang menerangi jalan hidup kita, agar di akhirat nanti, kita dapat bertemu dengan beliau, dan beliau mengenali kita sebagai umat yang beliau rindukan. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah, dan semoga kita dapat merasakan kehadiran beliau dalam setiap langkah hidup kita.
Amin, ya Rabbal Alamin.