You are currently viewing Siapa Kita?

Siapa Kita?

Siapa Kita?

Manusia dalam Perspektif

Manusia, siapa yang tidak tahu apa itu manusia? Membicarakan manusia adalah sebuah petualangan menyelami samudra Pasifik yang tak bertepi. Mengapa? Karena manusia adalah salah satu cermin di bumi yang merefleksikan kesempurnaan Sang Pencipta. Manusia diciptakan sebagai penguasa puncak peradaban di dunia biru ini. Mereka memiliki akal pikir yang luas, perasaan kompleks yang tak mudah dipahami, dan sebagainya.

Keistimewaan Manusia

Di antara hal yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan untuk berpikir dengan subjektivitas yang besar. Bertolak dari subjektivitas inilah manusia terkadang bisa berkorban dengan nafas terakhirnya untuk kekasihnya, dan bisa menjual musuh-musuhnya hanya demi sebutir pasir. Manusia diberi anugerah akal dan diperintahkan untuk mengisi akal tersebut. Maka menjadi tabiat alami manusia untuk mempelajari hal-hal baru, dengan bukti pesatnya perkembangan zaman dari awal penciptaan hingga detik ini.

Fase Refleksi

Terkadang ada fase dalam kehidupan manusia di mana mereka merenungi apa sebenarnya dirinya, bagaimana dia bisa ada, serta mengapa dia ada. Sebuah program yang tertanam di kepalanya menyiratkan bahwa dia tak mungkin ada begitu saja. Karena segala sesuatu yang berkembang pasti memiliki awal, dan setiap yang memiliki awal pasti punya subjek dari awal tersebut. Sanubarinya senantiasa membisikkan hal tersebut karena kalau tubuh bisa berbicara, maka ia akan berkata bahwa di dalamnya ada kekosongan yang tak bisa diisi kecuali dengan menunaikan hak-hak Sang Pencipta.

Kesempurnaan yang Berarti Kecacatan

Manusia adalah makhluk sempurna. Tapi ketahuilah, arti kesempurnaan itu adalah adanya kecacatan. Alam tak akan berjalan sesuai lajurnya kecuali dengan adanya kecacatan itu. Kalaulah bola bumi itu sempurna, maka ia tak akan berputar lagi. Kalaulah hidup ini abadi, maka kebersamaan bersama orang yang kita cintai tidaklah berharga lagi. Kebahagiaan alam ini biasanya muncul karena kefanaannya.

Pertanyaan tentang Alam

Setelah mendalami pikirannya, manusia mulai bertanya, mungkinkah alam yang luas dan eksotis ini hanya dihuni oleh kaumnya saja? Ia mulai merasa bahwa ia tak mungkin sendiri. Lalu ia mencoba untuk mencari, memecah semesta menjadi atom-atom hingga subatom. Dari situ ia sadar bahwa ada sebuah alam yang mungkin mengamatinya, namun tak bisa ia lihat. Akan tetapi, subjektivitas itulah yang terkadang menjadi penghambat bagi dirinya untuk mengakui kelemahan dirinya serta mengikrarkan eksistensi Sang Ilahi. Kalaulah ia ingin jujur dan sejenak meninggalkan sedikit kenikmatan jiwa serta mulai menyelami jiwanya, niscaya ia akan tahu.

Gangguan Makhluk Lain

Melalui sebuah buku panduan kehidupan yang telah teruji keabsahannya selama lebih dari 14 abad dan telah diakui oleh orang-orang berpikiran kritis serta memiliki jiwa yang jernih, telah dikabarkan bahwa ada sesosok makhluk yang terus mengusik akal pikiran kita, mengeruhkan kejernihannya, dan menyamarkan jalannya. Dia menaruh kebencian yang amat dalam kepada kita karena telah menyebabkan ia dikutuk oleh Sang Pencipta. Dia telah berhasil mengeluarkan manusia pertama dari surga menuju dunia ini. Dia telah bersumpah untuk terus membelokkan akal manusia dari segala arah, ia dan pasukannya akan terus mencoba dengan segala cara agar menghilangkan sisi kesempurnaan dari manusia.

Pembukaan Rahasia Alam

Bersamaan dengan gencarnya mereka, Sang Pencipta yang sayang akan ciptaannya pun mulai membuka sebagian rahasia alam semesta agar manusia kembali menjernihkan mata airnya. Ia menyingkapkan rahasia-rahasia bagi orang-orang yang berpikir rasionalis, sehingga tidak ada lagi celah bagi musuh kita untuk masuk.

Kemunduran Kemanusiaan

Peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri betapa pesat perkembangannya, namun di sisi lain kemanusiaan mengalami kemunduran. Mengapa? Kita melihat pembunuhan di mana-mana, hal-hal yang dulunya tabu sekarang sudah jadi biasa. Perbuatan-perbuatan manusia yang sudah tidak manusiawi lagi. Terkadang, perbuatan hewan lebih terpuji daripada perbuatan makhluk sempurna ini. Mengapa?

Penyebab Kemunduran Kemanusiaan

Di antara penyebab terbesarnya adalah:

  1. Perkembangan Teknologi yang Pesat: Membuat manusia merasa sudah mengetahui segalanya. Mungkin bahasa lisannya mengatakan tidak, namun jika asap telah terlihat, pastilah ada api. Ia merasa bahwa akalnya sudah cukup untuk menjadi sebab eksistensinya di alam ini. Ia akhirnya mempertuhankan akalnya, tak mengakui sisi lemah dalam dirinya, membohongi hati kecilnya, menutupinya dengan ilmu pengetahuannya. Sehingga ia lupa siapa dirinya yang sebenarnya.
  2. Ambisi untuk Mendapatkan Atensi: Manusia ingin mendapatkan perhatian dari khalayak umum, namun tidak memiliki apa-apa untuk ditunjukkan. Sehingga ia menempuh jalur yang tak pernah ditempuh oleh orang lain, walaupun jalan tersebut tidak pernah ada. Ia rela menyimpang dari insting akal manusiawinya, dan akhirnya tersesat di jalan yang bahkan tak bisa disebut sebagai sebuah jalan.
  3. Kesombongan dalam Diri Manusia: Kesombongan timbul akibat anggapan bahwa dirinya memiliki kesempurnaan tak bercacat. Ia merasa tak pantas untuk dikendalikan serta diatur oleh sistem alam yang ia tinggali. Ia berusaha keluar dari aturan-aturan itu dan membuat standar tersendiri yang muncul dari keinginan belaka dengan menutup mata apakah itu baik untuk tatanan alam atau tidak.

Kesimpulan

Dari sini bisa kita katakan, kita boleh menginginkan kekuasaan di muka bumi dan mendambakan puncak intelektual, namun jangan sampai kita terkutuk dengan ambisi tersebut karena kekuasaan di dunia ini pasti ada batasnya, akal pun juga pasti ada batasnya. Alam sendiri menunjukkan ketidaksempurnaannya dan menunjukkan bahwa mereka hanya tunduk pada kesempurnaan yang sebenarnya. Jika kita merasa pintar, ketahuilah, kita tidak bisa menjelaskan makhluk sekecil nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Akal bukan ditujukan untuk mengetahui segalanya, tapi untuk mengakui pemilik segalanya.

Penulis: Ahmad Taimi

Tinggalkan Balasan